Pernyataan Jenderal Charles de Gaulle itulah kesimpulan dari tulisan ini; penilaian terhadap sosok Anies Rasyid Baswedan, calon presiden yang diusung trio Partai Nasdem, Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera. Dia adalah sosok yang cerdik dan memiliki latar belakang pendidikan mumpuni dan leluhur paling menonjol dibandingkan dua saingannya; Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Tapi, sekali lagi Anies tetaplah politisi seperti yang lainnya walaupun tak berpartai, tak beda dengan dua lawannya, dan juga tak terlalu istimewa dari politikus penghuni Senayan. Walaupun begitu Anies memiliki modal di atas rata-rata, yakni retorika dan keterampilan berkomunikasi yang amat baik. Ini kelihatan sepele, tapi amat penting dan terbukti telah mampu membuatnya dari seorang akademisi kampus biasa hingga masuk dalam bursa capres meski bukan orang parpol.
Saat menjadi Rektor Universitas Paramadina seruannya mampu menggerakan ribuan sarjana muda yang secara sukarela mengajar di sekolah dasar daerah-daerah terpencil lewat program Gerakan Indonesia Mengajar. Sebagai juru bicara kampanye Anies sukses menjalankan komunikasi politik kepada publik dalam pemenangan Jokowi pada Pilpres 2014. Skillkomunikasi Anies itu luar biasa, nyaris tiada tanding.
Contoh lain yang juga outstandingadalah bagaimana dia dan tim mengkapitalisasi kemampuan strategi komunikasi massa melawan petahana pada Pilkada DKI 2017, termasuk diantaranya isu penistaan agama incumbenttanpa harus Anies sendiri yang mengemukakannya. Terbaru, bagaimana dia mengkritik keras rezim Presiden Joko Widodo soal utang jumbo hampir Rp 8000 triliun milik pemerintah pusat tanpa konfrontasi, hanya dengan modal sebuah postingan di Instagram
Penilaian ini tidak personal tapi berbasis evaluasi kinerja, berdasarkan data dan fakta atas hasil kemampuan Anies sebagai pemimpin Jakarta, menggunakan sejumlah indikator khususnya dari parameter ekonomi 2018-2022, dibandingkan dengan 23 item janji politik kampanye Pilkada DKI 2017. Dari semua komitmen itu, mayoritas memiliki parameter kualitatif sehingga sulit terukur.
Namun ada dua janji yang secara faktual dan kuantitatif bisa mengukur kapasitasnya sebagai pemimpin. Yakni janji nomor tiga; Membuka 200 ribu lapangan kerja baru, membangun dan mengaktifkan 44 pos pengembangan kewirausahaaan warga untuk menghasilkan 200 ribu pewirausaha baru, selama lima tahun. Janji nomor enam; Menghentikan Reklamasi Teluk Jakarta untuk kepentingan pemeliharaan lingkungan hidup serta perlindungan terhadap nelayan, masyarakat pesisir, dan segenap warga Jakarta. Selebihnya janji Anies bersifat kualitatif, subjektif pengukurannya.
Dengan pendapatan APBD jumbo, paling besar se-Indonesia, mencapai Rp 77 triliun di 2022, perputaran uang nasional di Jakarta mencapai 70%, dan statusnya sebagai ibukota, Anies gagal memanfaatkan potensi itu untuk memakmurkan warganya. Jumlah pengangguran semasa Anies memimpin justru meningkat ditutup di angka 8%, naik tajam dari awal memimpin 5,75% dan jauh di atas level nasional 5,86%.
Hal yang sama juga terjadi pada angka kemiskinan yang cenderung naik sejak Anies menjabat, menjadi 4,69% pada 2022. Demikian pula sewaktu Jakarta diperintah Anies yang kaya makin kaya dan miskin makin miskin, terbukti dari koefisien gini dari 0,39 menjadi 0,42 -semakin besar angka semakin buruk. Sementara itu, setelah gagal merealisasikan janji kampanye untuk membatalkan reklamasi di Teluk Jakarta yang sudah diteken pendahulunya, Anies malah memberikan izin reklamasi kepada PT Pembangunan Jaya memperluas reklamasi kawasan Ancol. Aneh Pak Anies ini.
No comments:
Post a Comment