Selama menjadi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dianggap belum melakukan upaya nyata untuk menangani bencana tahunan Jakarta alias banjir.
Anies Baswedan bahkan kelabakan sehingga menjilat ludah sendiri karena menggunakan lebih dari 100 pompa bergerak dan 480 pompa stasioner untuk mengurangi genangan dengan membuang air ke laut.
Kenapa menjilat "LUDAH" ya, karena menurut Anies Baswedan itu melawan sunatullah atau ketetapan Tuhan. Aduh Nie, bawa nama tu ujung-ujungnya di ingkari.
Nah kemudian Anies Baswedan membuat perubahan di jalanan Jakarta. Bulatan-bulatan berongga 'menghiasi' badan jalan (bukan tahu bulat ya) Itu adalah sumur resapan. Sumur resapan ini cukup menghebohkan publik, pada saat itu sampai saat ini juga kok.
Doi punya konsep, air yang jatuh ke bumi seharusnya bisa meresap ke tanah, tidak serta-merta dibuang ke laut. Ini adalah solusi untuk mengatasi masalah air tanah di Jakarta.
Bahkan anggaran pembangunan sumur resapan tahun menghaniskan 411 miliar dan tersebar di puluhan ribu titik walaupun berakhir sebagian di coret juga.
Nah, sumur resapan Anies Baswedan lebih bagus digunakan untuk memelihara ikan lele. Sebab ia sangat egois dalam menjalan idenya tanpa meminta pendapat para pakar lain.
Apakah Sumur resapan cocok untuk semua kondisi tanah? Cocok juga untuk dataran seperti DKI Jakarta?
Pakar Hidrologi dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Pramono Hadi sempat menilai program sumur resapan tak tepat untuk Jakarta. Namun Anies Baswedan tetap nyeleneh saja. Tak pusing pandangan pihak lain walaupun itu akademisi.
Menurut pakar tersebut daratan Jakarta secara umum merupakan kombinasi antara endapan laut dan muara sungai. Sehingga, lapisan tanahnya cenderung bersifat liat yang menyulitkan penyerapan air.
Nah, selama menjadi Gubernur DKI Jakarta soal banjir Anies Baswedan mengaku kerja "senyap".
Nah kita mesti setuju dengan diksi "kerja senyap" yang dipilih Anies ketika mengklaim keberhasilan menangani banjir di Jakarta. Sebab memang ia tak bekerja apa-apa! Kalaupun ada program sumur resapan itu juga prodak gagal dan menghabiskan anggaran untuk sesuatu yang mubazir.
Lucunya lagi setiap kali muncul di panggung selalu mengajak seluruh rivalnya untuk uji ide, gagasan dan rekam jejak. Padahal kenyataannya di DKI justru amburadul.
No comments:
Post a Comment