Monday, July 3, 2023

TOKOH MUDA NU: PERTEMUAN ANIES-PANGERAN MBS TERLALU DIBESARKAN, KARENA GANJAR JUGA KETEMU

Menurut tokoh muda NU, Ubaidillah Amin Moch alias Gus Ubaid, pertemuan antara Mantan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan dan Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman al-Saud (MBS), terlalu dibesar-besarkan, baik di media massa maupun media sosial.

Namun, apakah pertemuan ini benar-benar memiliki makna yang mendalam? Ataukah hanya pertemuan yang dibesar-besarkan sebagai upaya untuk mencari popularitas? Pada kenyataannya, pertemuan tersebut hanyalah momen dalam rangka penerimaan tahunan yang dilakukan oleh Raja Arab Saudi kepada para pejabat, negara, dan tokoh agama yang sedang menjalankan ibadah haji.

Duta Besar Arab Saudi untuk Indonesia, Faisal Abdullah Al Amudi telah menjelaskan tentang kriteria seorang Muslim mendapat undangan haji dari Kerajaan Arab.

Seperti diketahui, Kerajaan Arab Saudi selalu memberikan undangan setiap tahunnya untuk negara berpenduduk muslim, termasuk Indonesia. Kriteria untuk mendapatkan undangan haji khusus tersebut adalah melalui Kedubes Arab Saudi, yang selanjutnya akan dikoordinasikan dengan otoritas terkait di Indonesia. Tahun ini, sebanyak 50 Warga Negara Indonesia (WNI) mendapatkan undangan haji dari Raja Salman.

“Kembali ke pertemuan Anies dengan MBS. Jika dilihat lebih jauh, pertemuan ini sebenarnya terlihat biasa dan tidak memiliki makna mendalam. Jabat tangan dan pertukaran kata-kata yang secukupnya, semuanya dalam kerangka formalitas. Tidak ada kedekatan atau kehangatan dalam momen tersebut. Anies hanya mengucapkan terima kasih secara klise, tanpa adanya sentuhan personal yang lebih dalam,” kata tokoh muda NU, Ubaidillah Amin Moch (Gus Ubaid) dalam pernyataan tertulisnya kepada beritajatim.com, Sabtu (1/7/2023).

“Saya kemudian teringat pertemuan seorang pejabat Indonesia dengan Pangeran MBS pada pertengahan tahun lalu. Adalah Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi RI, Luhut Binsar Pandjaitan, yang diterima dengan begitu hangat oleh Pangeran MBS atas undangan langsung dari beliau. Hal ini pernah diunggah oleh Luhut di akun Instagram pribadinya” imbuhnya.

Menueut Gus Ubaid, pertemuan yang terjadi antara Luhut dan Pangeran MBS tampak jauh lebih bermakna dan mengesankan. Mereka menciptakan suasana yang hangat dan akrab. Bukan hanya jabat tangan, Luhut bahkan mendapatkan pelukan dari MBS, sebuah gesture yang menunjukkan kedekatan dan hubungan yang lebih dari sekadar diplomasi biasa.

Luhut menyampaikan aspirasi Indonesia untuk memperkuat kerja sama dengan Arab Saudi. MBS pun memberikan perhatian penuh dan tanggapan yang hangat. “You are a true friend to Saudi Arabia and to me personally,” ujar Pangeran MBS kepada Luhut ketika itu.

Pangeran MBS juga menyampaikan pesan, “Bila Indonesia maju, maka Arab Saudi juga maju.” Yang menjadi bukti nyata komitmen untuk saling mendukung dan menjadikan kerja sama antar kedua negara yang saling menguntungkan.

Setelahnya, Luhut bahkan diajak makan malam di halaman Istana Kerajaan bersama jajaran kabinet senior Arab Saudi. Sebuah hal yang langka terjadi karena menurut Dubes Indonesia, Pangeran MBS sangat jarang menerima tamu dari luar. Luhut juga mendapatkan cinderamata berupa ‘kiswah’ atau potongan kain Ka’bah dan juga replika kunci Ka’bah, yang kemudian diberikan Luhut kepada Imam Besar Masjid Istiqlal, Prof Nasaruddin Umar ketika berkunjung ke Masjid Istiqlal sepulang dari Arab Saudi.

“Maka terasa sangat janggal jika kemudian foto pertemuan Anies dengan Pangeran MBS tampak begitu dibesar-besarkan seperti sekarang. Dan, tidak salah jika banyak pihak yang menangkap bahwa pertemuan ini telah menjadi objek politisasi yang dimanfaatkan untuk kepentingan politik Anies menjelang Pemilihan Presiden 2024,” tuturnya.

Dalam suasana politik yang semakin panas, pertemuan dengan tokoh besar Islam seperti Pangeran MBS dapat dimanfaatkan sebagai alat untuk memperoleh popularitas dan mendapatkan dukungan politik dari umat Muslim.

“Kita, sebagai rakyat yang mengharapkan Pilpres yang lebih sehat, yang menonjolkan adu gagasan untuk membuat Indonesia Maju, sudah seharusnya tidak terjebak dalam permainan politik identitas semacam ini. Pilpres yang akan datang haruslah didasarkan pada visi, program kerja, dan rekam jejak kandidat, bukan hanya popularitas atau kesamaan identitas. Kita harus melihat dengan jernih dan menilai berdasarkan substansi, bukan hanya permukaan semata,” jelasnya.

Sebagai pemilih yang cerdas, lanjut dia, juga harus mampu melihat melampaui politisasi pertemuan semacam ini. “Kita perlu mengajukan pertanyaan yang kritis dan memeriksa motivasi di balik penekanan yang diberikan pada pertemuan Anies tersebut. Apakah pertemuan ini benar-benar memberikan manfaat konkret bagi rakyat Indonesia? Ataukah hanya sebagai alat untuk mendapatkan keuntungan politik semata?” tanyanya.

“Mari fokus pada kepentingan nasional, memilih pemimpin yang berkomitmen untuk memajukan bangsa dan menghadirkan perubahan yang nyata. Kita harus memilih berdasarkan pemikiran rasional dan kepentingan yang lebih besar, tidak terjebak dalam manipulasi politik yang hanya mengaburkan pandangan kita,” pungkasnya.

No comments:

Post a Comment

CALEG PENGUSUNG ANIES MUHAIMIN PUTUS ALIRAN AIR WARGA KARENA BEDA PILIHAN DUKUNGAN

Akibat beda dukungan pada pemilihan calon anggota DPR RI, aliran air ke rumah salah seorang warga di putus oleh tim sukses. Kondisi mempriha...