Partai Demokrat menyayangkan sikap Anies Baswedan dan NasDem yang meminang Cak Imin sebagai cawapres tanpa berkomunikasi terlebih dahulu kepada ketumnya, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Padahal, sejak awal AHY legowo apabila pada akhirnya tak terpilih menjadi cawapres Anies.
Ketua Badan Pembina Organisasi Keanggotaan dan Kaderisasi (BPOPKK) Partai Demokrat Herman Khaeron awalnya menjelaskan, pihak Anies memang mengutus Sudirman Said untuk menjelaskan rencana duet Anies dan Cak Imin. Namun, penjelasan itu hanya disampaikan ke elite Demokrat yang menjadi bagian dari Anggota Tim 8.
"Konteksnya diutus menyampaikan kepada tim 8. Dalam momentum besar seperti itu mestinya antar-ketum bertemu sama-sama, sampaikan dan diskusikan baik-baik," kata Herman dalam diskusi Trijaya FM, Sabtu (2/9/2023).
Herman pun mengungkap di berbagai kesempatan, AHY kerap ditanya soal kemungkinan tak ditunjuk menjadi cawapres pendamping Anies dalam Pilpres 2024. AHY, kata dia, pasti menerima keputusan itu asalkan alasannya rasional dan jelas.
"Mas AHY langsung menyampaikan, Mas AHY, bagaimana kalau mas tidak dipilih jadi Wakil Mas Anies? Mas AHY sampaikan, asalkan bisa diterangkan secara rasional, secara gamblang, secara terbuka memilih kelebihan-kelebihan itu bisa membantu pemenangan ya itu adalah realitas, bisa diterima," ucapnya.
Namun, Herman mengaku partainya terlanjur sakit hati atas keputusan sepihak memasangkan Anies dan Cak Imin. Menurutnya, dinamika yang terjadi menandakan keberadaan Partai Demokrat tak dianggap oleh mantan rekan koalisinya.
"Tapi sekarang tanpa ada angin, tanpa ada petir tiba-tiba hujan deras, kita jadi aneh. Keanehan ini tentu menyakitkan kami bahwa kami udah nggak dianggap dan konteksnya kami ditinggalkan," tegasnya.
Herman kembali menyinggung kronologi atau rentetan pengkhianatan yang dilakukan Anies dan NasDem. Dimulai pada 13 Juni lalu, Anies menghubungi AHY via telepon untuk meminta kesediaannya menjadi Cawapres. Permintaan tersebut didasarkan pada keinginan Ibunda serta guru spiritual Anies. Permintaan itu bahkan dikuatkan dengan surat tulisan tangan Anies yang dikirimkan kepada AHY pada 25 Agustus lalu.
"Saya diundang oleh ketum, disampaikan (AHY) ini ada telepon bagaimana, dengan sahabat ketum lah disampaikan. Dengan kepastian tulisan tangan 25 Agustus tentu ini adalah sebagai bentuk memastikan AHY menjadi cawapresnya," terangnya.
"Seolah-olah perjalanan setahun membangun koalisi dengan situasi tak mudah, banyak tantangan, banyak godaan, banyak iming-iming tentu pasang surut juga ada, tetap jadi solid, jadi kuat ujung-ujung dikhianati oleh kepentingan, bukan kepentingan koalisi tapi kepentingan sepihak NasDem," tambah dia.
Herman menegaskan partainya memiliki kedaulatan serta kehormatan yang mesti dijaga. Dia lantas menyayangkan sikap yang diambil Anies maupun NasDem yang dianggap tak beretika. Apabila menjaga etika, Herman meyakini polemik tersebut tak akan terjadi.
"Politik semestinya punya etika, punya moral. Etika dan moral dijaga paling tidak kalaupun mau belok, datang dulu lah, kulo nuwun, permisi. Kalau nggak ngasih lampu sein ya ditilang. Apalagi kalau terjadi kecelakaan, bisa masuk RS," tegasnya.
"Jadi kalau saja datang kemudian permisi, berdebat dulu, diskusi dulu, menyampaikan bahwa kandidat ini kehebatannya di mana, kita bandingkan, diskusi siang malam 2 hari 2 malam, mungkin saja situasi seperti ini tidak terjadi," imbuhnya.
No comments:
Post a Comment