Saturday, December 23, 2023

IMIN, ‘MUSUH DALAM SELIMUT’ ANIES?

Pernah nggak sih merasa terbebani oleh keberadaan teman atau kawan yang dianggap “tidak berguna”? Hmm, mungkin, ini yang dirasakan Goku dan kawan-kawan terhadap Yamcha di franchise anime Dragon Ball.

Meski dulunya pernah menjadi lawan dari Goku, Yamcha dianggap oleh para penggemar Dragon Ball sebagai ‘beban’. Pasalnya, Goku dkk malah bisa tumbuh semakin kuat – membuat Yamcha semakin ketinggalan jauh.

Alhasil, ketika menghadapi musuh-musuhnya, Yamcha dianggap tidak berguna. Ujung-ujungnya, Goku dkk-lah yang harus menyelamatkan Yamcha dari ancaman dan musuh yang lebih kuat.

Nah, mungkin, situasi inilah yang juga tengah dirasakan oleh pasangan calon (paslon) nomor urut satu, Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar alias Cak Imin.

Bagaimana tidak? Akhir-akhir ini, Cak Imin dinilai kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan blunder.

Soal tukang becak yang tidak bisa menikmati jalan tol, misalnya, menuai kritik dari banyak pihak. Salah satunya datang dari mantan Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil yang menjelaskan bahwa, secara logika, jalan tol tetap bermanfaat karena bisa mempermudah distribusi barang yang dibutuhkan masyarakat.

Tidak hanya itu, Cak Imin juga sempat membuat sikap AMIN – sebutan Anies dan Imin – soal Ibu Kota Negara (IKN) Nusantara simpang siur. Ketika Anies mengkritik IKN, Cak Imin justru tidak menunjukkan sikap yang jelas soal kelanjutan pembangunan IKN bila mereka terpilih.

Belum lagi, Cak Imin juga sempat blunder soal janji kampanyenya terkait Palestina. Ketika ditanyai oleh Deddy Corbuzier, Cak Imin-pun menjawab, “Itu biasa kampanye. Bahasa kampanye.”

Hmm, mungkinkah Cak Imin sebenarnya menjadi “beban” bagi koalisi AMIN? Apa mungkin ada siasat lebih di balik blunder–blunder ini?

Cak Imin Jadi “Beban”?

Semua orang tidak pernah luput dari kesalahan. Inipun termasuk para pejabat pemerintahan dan para politisi.

Kesalahan-kesalahan-pun bisa terjadi saat para politisi menjabat maupun saat berkampanye untuk memperoleh jabatan publik tersebut. Kesalahan-kesalahan inilah yang disebut sebagai political gaffe – atau yang sering disebut blunder di Indonesia.

Blunder politik dalam kampanye sebenarnya wajar terjadi. Namun, blunder atau political gaffe bisa menjadi kesalahan yang bersifat meaning-laden (sarat makna) – setidaknya itulah yang diungkapkan oleh Ian Sheinheit dan Cynthia J. Bogard dalam tulisan mereka yang berjudul Authenticity and Carrier Agents: The Social Construction of Political Gaffes.

Setiap peristiwa (event) dan kejadian (occurrence) selalu memiliki makna. Makna inilah yang akhirnya kemudian ditangkap dan dipahami oleh manusia

Sheinheit dan Bogard menjelaskan bahwa proses untuk sebuah gaffe bisa menjadi sarat makna adalah sebuah proses sosial. Ketika sudah menjadi sarat makna, gaffe atau blunder itu akhirnya memiliki dampak besar pada kampanye politik yang tengah dilakukan.

Bukan tidak mungkin, terdapat proses sosial yang membuat gaffe Cak Imin menjadi berdampak pada upaya kampanye AMIN. Di media sosial, misalnya, kritik Cak Imin terhadap pajak yang tidak ikut dinikmati hasilnya oleh tukang becak juga melalui proses sosial.

Namun, mungkinkah gaffe atau blunder yang dilakukan oleh Cak Imin adalah hanya kesalahan-kesalahan yang tidak disengaja? Mungkinkah ini pola yang memang dilakukan oleh Cak Imin? 

No comments:

Post a Comment

CALEG PENGUSUNG ANIES MUHAIMIN PUTUS ALIRAN AIR WARGA KARENA BEDA PILIHAN DUKUNGAN

Akibat beda dukungan pada pemilihan calon anggota DPR RI, aliran air ke rumah salah seorang warga di putus oleh tim sukses. Kondisi mempriha...