Pemilihan Presiden (pilpres) semakin dekat. Salah satu hasil dari pilpres adalah menang dan kalah. Pihak pemenang akan menjadi pihak pemerintah, pihak berkuasa, jadi Presiden dan Wakil Presiden serta pembagian kursi menteri dan sebagainya.
Sedangkan pihak yang kalah mau tidak mau jadi oposisi kecuali berdasarkan deal politik yang disepakati. Seperti pasca Pilpres 2019, Partai Gerindra dan Prabowo yang sebelumnya jadi lawan sepakat masuk kabinet Presiden Jokowi.
Tugas utama oposisi adalah mengkritik berbagai kebijakan yang dilakukan pemerintah. Menjelang pilpres seperti sekarang ini oposisi cenderung menyerang kelemahan kinerja pemerintah terkait keadaan masyarakat.
Seperti dahulu Prabowo Subianto pernah menyerang pemerintahan Jokowi dengan mengatakan terlalu banyak hutang negara. Ketika masuk kabinet, Kementerian di bawah pimpinan Prabowo dikabarkan merupakan salah satu kementerian yang paling banyak menggunakan anggaran.
Masyarakat harus jeli, cerdas dalam mendengar dan memahami perkataan dari pihak oposisi. Kebiasaannya ya memang seperti itu, cenderung menyalahkan dan seperti membela kepentingan masyarakat. Padahal sesungguhnya yang mereka bela ya kepentingan mereka sendiri.
Hati-hati dengan pernyataan dari oposisi, jika tidak kita akan terjebak oleh permainan kata yang seolah benar tapi sebenarnya tidak begitu. Kabar terbaru apa yang disampaikan Anies Baswedan mendapat perhatikan publik.
Bacapres Koalisi Perubahan untuk Persatuan Anies Baswedan berbicara terkait pelayanan dalam sektor kesehatan yang seharusnya primer. Anies menilai pelayanan kesehatan di Tanah Air belum dapat dinikmati sepenuhnya oleh masyarakat.
Hal itu disampaikan Anies saat melakukan kunjungan ke Bandung, Jawa Barat, Minggu (6/8/2023). Dalam kunjungan itu, Anies ditemani Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Betapa banyak warga kita yang datang ke rumah sakit bukannya jadi sembuh, malah jadi miskin," kata Anies dalam keterangannya.
Pernyataan “Betapa banyak warga kita yang datang ke rumah sakit bukannya jadi sembuh, malah jadi miskin” harus kita perhatikan dengan bijaksana. Sekilas pernyataan ini ikut prihatin dengan keadaan masyarakat yang sakit dan datang ke rumah sakit. Anies seolah menceritakan bahwa ada bahkan banyak masyarakat yang datang ke rumah sakit bukannya sembuh malah miskin.
Di sekitar tempat tinggal penulis sering terdengar tetangga sakit dan harus rawat inap di Rumah Sakit. Beberapa hari kemudian meninggal. Ada juga yang harus dirawat di Rumah Sakit dan alhamdulillah sembuh. Penulis belum pernah mendengar ada orang yang jatuh miskin sepulang dari rumah sakit.
Mayoritas di daerah saya sudah mempunyai kartu BPJS, sehingga berhak mendapat pelayanan kesehatan gratis. Rumah Sakit dan klinik yang menerima BPJS hampir tiap hari penuh, antri berobat.
Masyarakat yang datang bukan hanya mereka yang mempunyai penyakit serius, bahkan banyak diantaranya yang merasa pusing sedikit, flu baru setengah hari, batuk baru sehari sudah langsung ke klinik atau rumah sakit. Hal ini menandakan jika pelayanan BPJS, klinik, Rumah Sakit yang diselenggarakan pemerintah sangat terasa manfaatnya.
Tetangga saya yang tidak punya BPJS jika belum benar-benar parah belum berani ke fasilitas kesehatan. Mereka berusaha dulu dengan obat kampung, seperti menggunakan bawang merah, pupuk suhun, air jeruk mipis dan sebagainya.
Jadi pernyataan Anies ‘banyak warga kita yang datang ke rumah sakit bukannya jadi sembuh, malah jadi miskin’ hanya retorika belaka selayaknya seorang oposisi.
No comments:
Post a Comment